Literasi Digital, Lansia, dan Konstruktivisme Pendekatan Pembelajaran untuk Meningkatkan Resiliensi Para Imigran Digital
Di era digital ini, lansia dapat masuk dalam kategori imigran digital menurut klasifikasi Mark Prensky (2001). Lansia yang terbiasa menggunakan teknologi analog, kini harus berhadapan dengan perkembangan teknologi digital, internet, teknologi mobile, bahkan serta aplikasi berbasis kecerdasaan buatan...
Gespeichert in:
| Veröffentlicht in: | Scriptura Jg. 14; H. 1; S. 72 - 81 |
|---|---|
| Hauptverfasser: | , , |
| Format: | Journal Article |
| Sprache: | Englisch |
| Veröffentlicht: |
31.07.2024
|
| ISSN: | 1978-385X, 2655-4968 |
| Online-Zugang: | Volltext |
| Tags: |
Tag hinzufügen
Keine Tags, Fügen Sie den ersten Tag hinzu!
|
| Zusammenfassung: | Di era digital ini, lansia dapat masuk dalam kategori imigran digital menurut klasifikasi Mark Prensky (2001). Lansia yang terbiasa menggunakan teknologi analog, kini harus berhadapan dengan perkembangan teknologi digital, internet, teknologi mobile, bahkan serta aplikasi berbasis kecerdasaan buatan (Artificial Intelligence) yang begitu canggih dan pesat perkembangannya. Akibatnya, lansia seringkali membutuhkan upaya lebih keras dalam mempelajari dan menguasai teknologi digital. Penulis dalam penelitian ini tertarik untuk menjawab pertanyaan: Pendekatan pembelajaran apa yang sesuai untuk mengajari literasi digital para lansia sehingga mereka memiliki resiliensi di era digital ini? Tujuan dari artikel ini untuk melakukan studi pustaka mengenai pendekatan pembelajaran literasi digital bagi lansia. Penulis tertarik mengkaji pendekatan konstruktivisme sebagai metode pembelajaran literasi digital bagi lansia. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan buah dari konstruksi pemikiran manusia. Sebagai pendekatan dalam pembelajaran, konstruktivisme meletakkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Peserta didik difasilitasi untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan serta keterampilannya. Dengan paradigma dan karakteristiknya, pendekatan pembelajaran konstruktivisme dapat digunakan dalam pelatihan literasi digital bagi lansia. Terdapat lima tahapan rekonstruksi pemikiran dalam pendekatan konstruktivisme yaitu pendahuluan, eksplorasi, restrukturisasi, aplikasi, review dan evaluasi. Pembelajaran kelima tahapan ini akan mampu mendorong lansia untuk merekonstruksi pemikirannya serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait literasi digital sehingga meningkatkan resilensinya. Pendekatan konstruktivisme dapat digunakan program-program pendampingan lansia dalam mempelajari literasi digital, seperti Program Tular Nalar - Akademi Digital Lansia (ADL) yang digagas MAFINDO. Penelitian ini tidak menjabarkan teknik pembelajaran literasi digital berdasarkan tiga penggolongan lansia, melainkan melihat lansia secara umumnya. |
|---|---|
| ISSN: | 1978-385X 2655-4968 |
| DOI: | 10.9744/scriptura.14.1.72-81 |